PENDAKIAN GUNUNG SLAMET

Gunung Slamet (3.428 meter dpl.) adalah gunung berapi yang terdapat di Pulau Jawa. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah, dan merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa. Kawah IV merupakan kawah terakhir yang masih aktif sampai sekarang, dan terakhir aktif hingga pada level SIAGA medio pertengahan 2009.

Gunung Slamet cukup populer sebagai sasaran pendakian meskipun medannya dikenal sulit. Di kaki gunung ini terletak kawasan wisata Baturraden yang menjadi andalan Kabupaten Banyumas karena hanya berjarak sekitar 15 km dari Purwokerto.

Gunung Slamet dapat didaki melalu tiga jalur, lewat jalur sebelah Barat Kaliwadas, lewat jalur sebelah selatan Batu Raden dan lewat jalur sebelah timur Bambangan. Dari ketiga jalur tersebut yang terdekat adalah lewat Bambangan, selain pemandangannya indah juga banyaknya kera liar yang dapat ditemui dalam perjalanan menuju ke puncak slamet.

Jalur Pendakian Batu Raden 
Dari kota Purwokerto menuju tempat wisata Batu Raden menempuh jarak 15 km arah utara dan dapat ditempuh selama 30 menit dengan menggunakan Angkutan umum. Batu Raden yang merupakan daerah wisata yang terkenal dengan Pancuran Telu dan Pitu ini berada di ketinggian 760 mdpl. Pancuran tersebut merupakan aliran mata air panas yang mengandung belerang. Jalur ini merupakan jalur tersulit dan jarang dilalui pendaki.

Terbentang di sebelah selatan kaki Gunung Slamet pada ketinggian sekitar 640 m di atas permukaan laut. Baturraden terletak hanya 14 km dari Kota Purwokerto yang dihubungkan dengan jalan yang memadai. Di tempat wisata ini Anda dapat menikmati pemandangan indah & udara pegunungan yang segar dengan suhu 18 Celcius 25 Celcius. Sedangkan Gunung Slamet dengan ketinggian 3.428 m, merupakan gunung berapi terbesar dan gunung tertinggi ke-2 di Jawa.

Jika cuacanya bagus, Kota Purwokerto dapat terlihat dari Baturraden, begitu juga dengan Cilacap dan Nusa Kambangan. Ketika kita melihat gunung Slamet, kita dapat melihat lereng gunung Slamet yang ditutupi oleh hutan Heterogen. Taman Rekreasi di Baturraden menyajikan alam pegunungan & lembah sunyi yang dihiasi air terjun serta sumber air panas Belerang dan Pancuran. Di tempat ini juga dapat dinikmati berbagai mainan anak, menara pandang, Taman Botani, Kolam Renang. Tempat pemandian air panas, Kintamani, kolam luncur, sepeda air, kereta gantung, & kebun binatang Widya Mandala.

Selepas pal Taman Wisata Batu Raden, lintasan berbelok ke kanan dan menurun. Dalam perjalanan menuju pos I banyak ditemui cabang lintasan, yang merupakan jalan tikus yang banyak dibuat oleh penduduk setempat. Di tengah perjalanan pendaki akan melewati sebuah sungai. Setelah itu lintasan kembali datar dengan sajian jurang yang menganga pada sisi kanan lintasan. Untuk sampai di pos I dibutuhkan waktu selama 3 jam.

Selepas pos I lintasan mulai menanjak dengan sajian hutan yang rimbun dan asri, selama 2 jam. Untuk sampai di pos III dibutuhkan waktu selama 3 jam dengan lintasan yang tidak begitu menanjak. Vegetasi di pos III masih dalam kungkungan hutan hujan Tropis. Selepas itu pendaki akan melipir pada sebuah punggungan tipis yang berada di ketinggian 1664 mdpl. Daerah tersebut bemama Igir Leiangar. Selepas pos IV, tepatnya di puncak Gunung Malang, akan ditemui persimpangan dengan jalur Kaliwadas. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju ke Plawangan, lalu berbelok ke kanan menuju puncak Slamet.

Jalur Pendakian Bambangan 
Jalur Bambangan adalah jalur yang sangat populer dan merupakan jalur yang paling sering didaki. Route Bambangan merupakan route terpendek dibandingkan route Batu Raden dan Kali Wadas. Dari kota Purwokerto naik bus ke tujuan Purbalingga dan dilanjutkan dengan bus dengan tujuan Bobot sari turun di Serayu. Perjalanan disambung menggunakan mobil bak angkutan pedesaan menuju desa Bambangan, desa terakhir di kaki gunung Slamet. 

Di dusun yang berketinggian 1279 mdpi ini para pendaki dapat memeriksa kembali perlengkapannya dan mengurus segala administrasi pendakian. Selepas dari jalan aspal perkampungan belok ke kanan, Pendaki akan menyeberangi sungai dengan cara melompat dari satu batu ke batu yang lain, bila sedang musim hujan aliran air deras akan menutupi batu-batuan ini. Selanjutnya akan melewati ladang penduduk selama 1 jam menuju pos Payung dengan keadaan medan yang terjal. 

Pos Payung merupakan pos pendakian yang menyerupai payung raksasa dan masih berada di tengah-tengah perkebunan penduduk. Selepas pos Payung pendakian dilanjutkan menuju pondok Walang dengan jalur yang sangat licin dan terjal di tengah-tengah lingkungan hutan hujan tropis, selama kurang lebih2 jam. Selepas pondok Walang, medan masih seperti sebelumnya, jalur masih tetap menanjak di tengah panorama hutan yang sangat lebat dan indah, selama kira-kira 2 jam menuju Pondok Cemara. 

Sebagaimana namanya, pondok Cemara dikelilingi oleh pohon cemara yang diselimuti oleh lumut. Selepas pondok Cemara pendakian dilanjutkan menuju pos Samaranthu. Selama kira-kira 2 jam dengan jalur yang tetap menanjak dan hutan yang lebat. Samaranthu merupakan pos ke 4. Kira-kira 15 menit dari pos ini terdapat mata air bersih yang berupa sungai kecil. Selepas Samaranthu, medan mulai terbuka dengan vegetasi padang rumput. 

Pendaki akan melewati Sanghiang Rangkah yang merupakan semak-semak yang asri dengan Edelweiss di sekelilingnya, dan sesekali mendapati Buah Arbei di tengah-tengah pohon yang menghalangi lintasan pegunungan. Pendaki juga akan melewati Sanghiang Jampang yang sangat indah untuk melihat terbitnya matahari. Kira-kira 30 menit kemudian pendaki akan tiba di Plawangan. Plawangan (lawang = pintu) merupakan pintu menuju puncak Slamet. Dari tempat ini pendaki akan dapat menikmati panorama alam yang membentang luas di arah timur. Selepas Plawangan lintasan semakin menarik sekaligus menantang, selain pasir dan bebatuan sedimentasi lahar yang mudah longsor pada sepanjang lintasan, di kanan kiri terdapat jurang dan tidak ada satu pohon pun yang dapat digunakan sebagai pegangan. 

Di daerah ini sering terjadi badai gunung, oleh karena itu pendaki disarankan untuk mendaki di pagi hari. Kebanyakan pendaki meninggalkan barang-barang mereka di bawah, untuk memperingan beban. Dari Plawangan sampai di puncak dibutuhkan waktu 30- 60 menit. Dari sini pendaki dapat melihat puncak Slamet yang begitu besar dan hamparan kaldera yang sangat luas dan menakjubkan, yang biasa disebut dengan Segoro Wedi. Apabila kita ingin turun menuju jalur lain, misalnya Guci, pendaki harus melewati kompleks kawah untuk memilih jalur yang diinginkan.

Jalur Pendakian Kaliwadas 
Kaliwadas merupakan sebuah dusun yang berketinggian 1850 mdpi dan masuk wilayah Desa Dawehan, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, atau tepatnya berada pada barat daya lereng Gunung Slamet. Untuk menuju Kaliwadas dapat ditempuh dari kota Bumiayu menuju Pangasinan dengan menggunakan Angkutan Pedesaan jenis Colt yang memakan waktu 2 jam. Setiba di Pasar Pangasinan, perjalanan dilanjutkan menuju Kaliwadas dengan menggunakan Jeep Hardtop atau menggunakan angkutan umum jenis kendaraan terbuka yang beroperasi hingga pukul 18.00 wib. 

Pendaki dapat menyiapkan segala perbekalan dan perizinan dari Kaliwadas ini. Kira - kira 300 m selepas jalan desa, pendaki diarahkan menuju jalan setapak. Satu jam kemudian pendaki akan melewati Tuk Suci yang oleh penduduk setempat diartikan sebagai mata air suci. Di Tuk Suci ini terdapat aliran air yang dibendung, yang berfungsi sebagai pengairan desa di bawahnya. Selepas Tuk Suci, medan mulai menanjak menembus lorong-lorong tumbuhan Bambu yang berukuran kecil. Penduduk sekitar menyebutnya Pringgodani. Enam puluh menit kemudian pendaki akan tiba di pondok Growong. 

Pondok Growong merupakan tempat yang cocok untuk mendirikan tenda. Di sekitar area ini banyak ditemukan pohon besar yang di bawahnya terdapat lubang berukuran cukup besar. Selepas pondok Growong lintasan relatif datar sampai pada sebuah jembatan kecil yang bemama taman Wlingi, yang berada di ketinggian 1953 mdpl. Di daerah ini terdapat persimpangan, lintasan yang lurus dan lebar menuju ke Sumur Penganten. Berjarak 500 m dari area terdapat sumber air, yang juga merupakan sebuah tempat keramat di mana banyak peziarah yang datang untuk meminta berkah. 

Jalur ke kiri merupakan lintasan yang menuju ke puncak. Keadaan lintasan semakin menanjak. Di sepanjang lintasan mulai banyak dijumpai pohon tumbang dan pohon penyengat. Lintasan kadang tertutup oleh semak belukar sehingga pendaki harus waspada agar tidak tersesat. Lintasan mulai kembali melebar ketika pendaki melewati persimpangan Igir Manis yang berada di ketinggian 2600 mdpl. Di sekitar area ini akan didapati tetumbuhan Adelweiss dan tetumbuhan Arbei. Setelah itu pendaki akan sampai di Igir Tjowek yang berada di ketinggian 2750 mdpl. Daerah ini masuk kawasan Gunung Malang. Di sini terjadi pertemuan jalaur ini dengan jalur Baturaden. Beberapa meter kemudian barulah pendaki tiba di Plawangan. 

Plawangan merupakan sebuah tanah yang cukup datar di daerah terbuka, sekaligus merupakan batas vegetasi. Untuk menuju puncak dibutuhkan waktu kira-kira 2 jam. Pendaki dapat berangkat pagi agar dapat menikmati keadaan puncak dan sekitamya dalam keadaan cuaca cerah. Selepas Plawangan lintasan semakin tajam hingga mencapai sudut pendakian 60. Selanjutnya keadaan lintasan semakfn parah dengan medan bebatuan vulkanik yang mudah longsor. Bau belerang terasa menyengat dari kawah ketika pendaki tiba di puncak bayangan. Setiba di daerah ini, pendaki tinggal melipir pada gigir kawah menuju arah timur. 

Setelah melewati Tugu Surono yang berupa tumpukan batu, pendaki akan sampai di puncak tertinggi  Gunung Slamet yang ditandai dengan patok triangulasi dan tower. Dulu tempat ini juga digunakan sebagai pemantauan aktivitas gunung api ini. Di puncak tertinggi kedua se-Jawa ini pendaki dapat menyaksikan pemandangan pada arah timur. Tampak beberapa puncak seperti Gunung Sumbing, Sundoro, Merbabu, Merapi, dan puncak Ciremai di arah barat. Semuanya berdiri kokoh sekan-akan menjadi pasak bumi Pulau Jawa.

Read more


PENDAKIAN GUNUNG RINJANI

Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 m dpl serta terletak pada lintang 8º25' LS dan 116º28' BT ini merupakan gunung favorit bagi pendaki Indonesia karena keindahan pemandangannya. Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani yang memiliki luas sekitar 41.330 ha dan ini akan diusulkan penambahannya sehingga menjadi 76.000 ha ke arah barat dan timur.

Secara administratif gunung ini berada dalam wilayah tiga kabupaten: Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Barat.

Pendakian Gunung Rinjani
Rinjani memiliki panaroma paling bagus di antara gunung-gunung di Indonesia. Setiap tahunnya (Juni-Agustus) banyak dikunjungi pencinta alam mulai dari penduduk lokal, mahasiswa, pecinta alam.
Suhu udara rata-rata sekitar 20 °C; terendah 12 °C. Angin kencang di puncak biasa terjadi di bulan Agustus.

Selain puncak, tempat yang sering dikunjungi adalah Segara Anakan, sebuah danau terletak di ketinggian 2.000m dpl. Untuk mencapai lokasi ini kita bisa mendaki dari desa Senaru atau desa Sembalun Lawang (dua entry point terdekat di ketinggian 600m dpl dan 1.150m dpl).

Kebanyakan pendaki memulai pendakian dari rute Sembalun dan mengakhiri pendakian di Senaru, karena bisa menghemat 700 m ketinggian. Rute Sembalun agak panjang tetapi datar, dan cuaca lebih panas karena melalui padang savana yang terik (suhu dingin tetapi radiasi matahari langsung membakar kulit). krim penahan panas matahari sangat dianjurkan.

Dari Rute Senaru tanjakan tanpa jeda, tetapi cuaca lembut karena melalui hutan. Dari kedua lokasi ini membutuhkan waktu jalan kaki sekitar 7 jam menuju bibir punggungan di ketinggian 2.641m dpl (tiba di Plawangan Senaru ataupun Plawangan Sembalun). Di tempat ini pemandangan ke arah danau, maupun ke arah luar sangat bagus. Dari Plawangan Senaru (jika naik dari arah Senaru) turun ke danau melalui dinding curam ke ketinggian 2.000 mdpl) yang bisa ditempuh dalam 2 jam. Di danau kita bisa berkemah, mancing (Carper, Mujair) yang banyak sekali. Penduduk Lombok mempunyai tradisi berkunjung ke segara anakan untuk berendam di kolam air panas dan mancing.

Untuk mencapai puncak (dari arah danau) harus berjalan kaki mendaki dinding sebelah barat setinggi 700m dan menaiki punggungan setinggi 1.000 m yang ditempuh dlm 2 tahap 3 jam dan 4 jam. Tahap pertama menuju Plawangan Sembalun, camp terakhir untuk menunggu pagi hari. Summit attack biasa dilakukan pada pukul 3 dinihari untuk mencari momen indah - matahari terbit di puncak Rinjani. Perjalanan menuju Puncak tergolong lumayan; karena meniti di bibir kawah dengan margin safety yang pas-pasan. Medan pasir, batu, tanah. 200 meter ketinggian terakhir harus ditempuh dengan susah payah, karena satu langkah maju diikuti setengah langkah turun (terperosok batuan kerikil). Buat highlander - ini tempat yang paling menantang dan disukai karena beratnya medan terbayar dgn pemandangan alamnya yang indah. Gunung Agung di Bali, Gunung Ijen-Merapi di Banyuwangi dan Gunung Tambora di Sumbawa terlihat jelas saat cuaca bagus di pagi hari. Untuk mendaki Rinjani tidak diperlukan alat bantu, cukup stamina, kesabaran dan "passion".

Keseluruhan perjalanan dapat dicapai dalam program tiga hari dua malam, atau jika hendak melihat dua objek lain: Gua Susu dan gunung Baru Jari (anak gunung Rinjani dengan kawah baru di tengah danau) perlu tambahan waktu dua hari perjalanan. Persiapan logistik sangat diperlukan, tetapi untungnya segala sesuatu bisa diperoleh di desa terdekat. Tenda, sleeping bag, peralatan makan, bahan makanan dan apa saja yang diperlukan (termasuk radio komunikasi) bisa disewa dari homestay-homestay yang menjamur di desa Senaru.

Jalur Resmi Pendakian Taman Nasional  Gunung Rinjani
Ada beberapa jalur utama dan resmi yang sering dugunakan oleh pendaki ke Gunung Rinjani. Berikut jalur-jalur tersebut:

Jalur Sembalun

- Mataram - Sembalun (± 4-5 jam kendaraan umum)
- Sembalun Lawang - Puncak Gunung Rinjani ( ± 7 Jam Jalan Kaki)
- Sembalun Lawang - Danau Segara Anak (± 2-3 Jam Jalan Kaki )

Jalur Senaru

- Mataram - Senaru (± 3-4 Jam Kendaraan Umum)
- Senaru - Danau Segara Anak (± 7-10 Jam Jalan Kaki)
- Danau Segara Anak - Pelawangan Sembalun (± 4 Jam Jalan Kaki)
- Pelawangan Sembalun - Puncak Rinjani (± 2-3 Jam Jalan Kaki)

Jalur Torean

- Mataram - Torean (± 4-5 Jam Kendaraan Umum)
- Torean - Danau Segara Anak (± 8-9 Jam Jalan Kaki)

Jalur Senaru

Jalur pendakian Senaru merupakan jalur pendakian paling ramai, hal ini disebabkan selain sebagai jalur wisata treking juga kerap dipergunakan sebagai jalur pendakian oleh masyarakat adat yang akan melakukan ritual adat/keagamaan di puncak Rinjani atau Danau Segara Anak. Pusat Pendakian Terpadu (Rinjani Trek Centre) Senaru

Rute pendakian yaitu Senaru - Pelawangan Senaru - Danau Segara Anak dengan berjalan kaki memakan waktu ± 10 - 12 jam melalui trail wisata yang berada dalam hutan primer dan sepanjang jalan trail telah disediakan sarana peristirahatan pada setiap pos. Dari pintu gerbang Senaru sampai Danau Segara Anak terdapat tiga pos. Sepanjang jalan trail pengunjung dapat menikmati keindahan hutan belantara dan bebatuan yang menakjubkan.

Untuk memperoleh informasi mengenai pendakian Gunung Rinjani telah disediakan Pusat Pendakian Terpadu (Rinjani Trek Centre) atas kerjasama Balai Taman Nasional Gunung Rinjani dengan NZAID (New Zealand Asistance International Development), Dari Danau Segara Anak bila anda ingin melanjutkan perjalan ke Puncak Gunung Rnjani anda harus menuju ke pelawangan sembalun yang membutuhkan waktu ± 4 Jam, dari pelawangan sembalun ke Pucak Rinjani membutuhkan waktu 4 - 5 Jam.

Pendakian ke puncak umumnya dilakukan pada pukul 02 dinihari, ini dimaksudkan agar pada pagi harinya dapat menikmati matahari terbit (Sunrise) dari Pucak Gunung Rinjani serta dapat menikmati pemandangan seluruh pulau Lombok bahkan pulau Bali apabila cuaca cerah.

Jalur Sembalun

Jalur Sembalun merupakan jalur yang ramai dilalui oleh pengunjung terutama oleh para penggemar treking. Rute yang dilalui adalah gerbang sembalun lawang - pelawangan sembalun-puncak rinjani memakan waktu 9 - 10 jam. Jalur ini sangat dramatis dan mengesankan trail wisata yang anda lalui merupakan padang savana dan punggung gunung yang berliku-liku dengan jurang disebelah kiri dan kanan jalur.

Dibandingkan jalur senaru, jalur pendakian ini tidak terlalu curam, namun karena didominasi oleh padang savana menjadikan perjalanan anda bermandikan peluh oleh teriknya matahari yang menyengat, namun semua itu akan sirna saat anda dibuat terpana oleh indahnya pemandangan padang dan hutan yang luas sepanjang lembah-lembah nan hijau disebelah timur Gunung Rinjani, bahkan mata anda akan dimanjakan oleh indahnya selat Alas dan Pulau Sumbawa di kejauhan.

Setelah tiba di puncak Rinjani anda bisa beristirahat sejenak sembari menikmati panorama alam dan berbangga diri telah menginjakkan kaki disalah satu kaki langit di Indonesia serta menimbulkan rasa kekaguman akan ciptaan Tuhan.

Jalur Torean

Sepanjang jalur ini, dari Desa Torean menuju kali Tiu (batas TNGR) yang merupakan Pos I pendakian dapat dijumpai ladang, padang pengembalaan, perkebunan dan merupakan kawasan Hutan Produksi. Kemiringan 20 -45% jarak desa Torean dengan batas TNGR (Pos I) ± Km 5,00 Km dengan kemiringan ±10-30%.

Flora yang dapat dijumpai yakni: Bajur, Klokos Udang, Rotan Hutan, Bangsal, Lengsir, Jambu, Bunut, Blimbing Hutan, Juwet, Paku-pakuan, Ketimunan, Rajumas, Tapan Dawa. Sedangkan Fauna yang dapat dijumpai yakni: beberapa jenis burung (perkici, Daweuh, Kecial, Srigunting).

Jarak dari Pos III Torean menuju ke Plawangan Torean± 3,50 Km dengan kemiringan ± 30 -40%, sepanjang perjalanan kita akan berada dalam apitan 2 buah gunung dan kita juga dapat menikmati aliran sungai (Kokok) Putih.

Read more


PENDAKIAN GUNUNG LAWU

 Gunung Lawu (3.265 mdpl) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat" dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara). Gunung Lawu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous. Gunung Lawu adalah sumber inspirasi dari nama kereta api Argo Lawu, kereta api eksekutif yang melayani Solo Balapan-Gambir.
Gunung Lawu memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi.

Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan. Agak ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit: Candi Sukuh dan Candi Cetho. Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran: Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, mausoleum untuk keluarga presiden kedua Indonesia, Suharto.

Jalur Pendakian
Jalur Pendakian Cemoro Sewu
Nah sekarang kita membahas medan cemoro sewu hingga puncak. Awal pendakian jalan masih lebar dan agak datar, setelah memasuki pos 1 barulah tanjakan demi tanjakan menantang di depan kita. Jalanpun juga semakin menyempit. Pepohonan di sekitar pos 1 hingga pos 3 masih sama yaitu pinus dengan di selingi pohon perdu. Namun sayang sekali pada kanan kiri jalan, dari Cemoro sewu hingga pos 1 telah di babat menjadi ladang penanaman kobis dan wortel. Sedangkan pepohonannya rata-rata telah banyak yang mati.

Pada pos 1 hingga pos 2 bau menyengat keluar dari bebatuan yang mengandung belerang, adapun tempatnya masuk ke dalam hutan manjauhi jalan. Tanjakan semakin ngetrek saat meninggalkan pos 2 hingga pos 4. barulah setelah pos 4 tumbuhan perdu yang ada pada ketinggian 2600 mdpl memenuhi lembah dan ngarai. Daerah di sekitar pos lima sering di sebut dengan Cokro Suryo, Cokro Srengenge, yaitu hamparan rumput yang luasseperti alun alun. Masuk pada jalan berikutnya sudah tidak terlalu ngetrek kita memasuki daerah sumur Jolotundo, yaitu sebuah sumur berupa gua vertikal dan terdapat sumber air yang kecil di dalam nya. Konon ada cerita jika kita masuk dan mengadahkan mulut menghadap ke atas, dan secara kebetulan tenggorokkan kita ter tetesi oleh air yang menetes dari langit langit gua, maka kita akan di beri limpahan sejeki oleh yang maha kuasa. Selang beberapa puluh meter dari sumur Jolotundo kita akan sampai pada sebuah sendang, dengan nama sendang Derajat. Air terang saja melimpah di sendang yang ini, bahkan di samping sendang di bangunkan beberapa toilet umum. Dan juga banyak sekali pedagang nasi pecel musiman yang sengaja berdagang keperluan makan saat musim pendakian seperti bulan Suro kali ini.

Berikutnya kita melingkari bawah puncak gunung untuk sampai pada Hargo Dalem, sebuah petilasan Prabu Brawijaya ke V, dan sebuah makam sunan Lawu. Di wilayah Hargo Dalem biasanya sangat ramai sekali, mengingat di daerah ini banyak sekali rumah rumahan yang di buat para pedagang musiman, dan memang di bikinkan rerumahan namanya Kandang Jaran atau Gedogan untuk para peziarah di petilasan Prabu Brawijaya ke V, dan sebuah makam sunan Lawu. Nah pada pagi harinya barulah kita akan melanjutkan perjalanan untuk mencapai puncak Gunung Lawu, Hargo Dumilah dengan ketinggian 3165 meter di atas permukaan laut. Di puncaknya di bangun tugu trianggulasi, dan banyak sekali sesembahan berupa dupa, kembang dan beberapa makanan, ntah untuk siapa. Dari puncak ini kita bisa melihat ke arah timur yaitu gunung Wilis, dan jika saja cuaca lagi bagus bagusnya kita bisamenyaksikan ke agungan gunung Semeru, Gunung Arjuno. Jika melihat ke arah barat bisa di lihat gunung Merapi dan gunung Merbabu.

Jalur PendakianCemoro kandang
Dan bagi anda yang ingin mendaki dari Jawa Tengah dan Jogja,bisa menaiki bus dari terminal Solo, melewati Palur dan Karanganyar, dan bus berakhir di Tawangmangu (terkenal dengan gerojokan sewu nya) Dari Tawangmangu berganti kendaraan pickup bertutup, atau naik L300, untuk menuju ke Cemoro Kandang. Dalam perjalan mata kita selaui manatap hamparan sesawahan kobis, wortel dan kentang, dipinggir pinggir jalanya pun ada beberapa warga yang mencuci hasil panen di saluran air pinggir jalan. Sesampainya di Cemoro kandang biasanya kita terlebih dahulu beristirahat sejenak, minum kopi ataupun hanya sekedar mengobrol saja. Karena di Cemoro Kandang terdapat lebih banya warung dari pada di Cemoro Sewu.

Sepanjang jalur dari Cemoro Kandang menuju puncak jalur tidak ngetrek, namun cenderung melingkar dan menyusuri lereng bukit (kalo cemoro sewu melalui punggung bukit) hingga pos 2 bau dari belerang sangat menyengat, tumbuhan dari pos 1 hingga pos 4 adalah tanaman lamtoro gunung, pinus dan pakis, di selingi tanaman perdu gunung. Hingga memasuki Jurang Pangariparip jalan selalu menyusuri lereng, namun jika anada tak ingin berjalan melingkar anda bisa langsung melewati jalan sidatan, ngetrek dan kalo turun hujan jalur ini akan di lewati air bah pegunungan. Sampai pada pos 4 nanti tumbuhan sudahmulai jarang, dan di gantikan rerumputan gunung, Cokro srengenge lebih luas melalui jalur ini, hamparan rumput menghampar hingga nanti bertemu dengan jalur dari Cemoro Sewu, di daerah HargoDalem, Anda akan memasuki daerah pasar Dieng, yaitu hamparan padang edelweis di selinggi bebatuan yang tertata rapi, menurut mitos pasar Dieng adalah pasarnya Setan. Jika melihat ke arah utara yaitu Sisi Pasar Dieng mata kita pasti akan tertuju pada sebuah bukit yang memiliki menara BTS, yaitu bukit Hargo Kahyangan. Melaui sisi sebelah timur bukit Hargo Kahyangan inilah kita bisa melewati jalur pendakian dari sisi Utara (Ngawi).


Read more

Powered by Blogger.